Dear diary,
Beberapa waktu lalu, orang-orang lagi banyak mengagumi sosok Dilan dari novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 karya Ayah Pidi Baiq ini, banyak yang merekomendasikan novel ini ke aku, tapi akunya lagi kurang semangat untuk membaca hahaha. Nah beberapa hari kemarin baru sempat baca novel yang quotes nya banyak dijadikan caption di instagram atau jadi status di sosial media. Ah, jadi penasaran!
Sambil diiringi lagu-lagu dari Banda Neira yang pas banget sama suasana novel yang menggambarkan Kota Bandung tahun itu hehe, kan jadi kebawa perasaan yaa.
Dibaca-baca terus. Ah, Dilan! Memang iya, Dilannya bikin baper! Sikap-sikap natural dan pemikirannya terhadap dunia ini yang cenderung berbeda dari orang kebanyakan yang buat aku jadi, Dilan aku rindu! hahahaha
Dan jadi mengingatkanku pada seseorang, hehe.
Tapi tidak seperti Dilan yang terlihat sangat baik padahal nakal dan tidak nakal padahal nakal. Gimana yaa? Nakalnya itu berbeda, nakalnya berprinsip mungkin. Dari pandanganku saja hehe
Jadi ingat seseorang, kakak tingkat jaman SMA.
Aku dulu suka kagum sama orangnya. Di sekolah dulu dipandang nakal memang, padahal aslinya -dari yang aku lihat dan sudut pandangku- orangnya pekerja keras dan menghargai perempuan
Sama seperti Dilan, dia punya geng motor, dia suka nongkrong di warung dekat sekolah, dia suka bolos juga, tapi tidak takut kalau dia benar, tidak takut mengaku salah kalau salah dan tidak sok jagoan, dan good looking (putih bersih, tidak terlalu tinggi, tapi cukup, rambut panjang sebahu, alisnya bisa dikatakan tebal dan mandiri). Kagumlah aku ini hehe. Kagum saja yaa, bukan berarti sayang apalagi cinta.
Sedangkan akunya dulu, justru kepincut sama anak buahnya hehe. Dilan dan Milea juga mengingatkanku sama kisah SMA ku hehe.
Hanya mengingatkan, bukan berarti rindu apalagi ingin kembali ke masa itu ya.
Hanya ingat.
Dulu pernah ada seorang teman yang suruh aku baca novel karya Pidi Baiq itu, katanya kalau dilihat kisahnya mirip sama aku dan dia dulu. Ya karena aku dulu menganggap ah palingan apasih gitu. Begitu dibaca ternyata iya, jadi ingat hehe. Ingat, cuma ingat!
Iya, anaknya juga geng motor, tapi bukan panglima tempur yaa. Kalau jaman aku SMA sih, geng motornya tidak ada jabatan-jabatan resminya itu, hanya siapa yang paling tatak (tatak maksudnya paling berani). Anaknya juga suka berteman dengan siapa saja, siapa saja yang bisa diajak berteman dan mau berteman.
Kalau Dilan dan teman-temannya suka nongkrongnya di warung Bi Eem, kalau dia dan teman-temannya suka nongkrong di wp, warungnya dekat dengan sekolah, warungnya kecil saja, tapi ibuk (orang-orang di wp manggilnya ibuk) dengan buka warung begitu saja sudah bisa naik haji loh! Oh iya, kalau kunci wp nya ini sering dibawa sama orang-orang yang suka nongkrong disitu gantian, termasuk dia juga sering bawa kunci ini. Dulu sih cukup sering ke warung ini, yaaa mau ngapain lagi kalau ngga sama dengan apa yang dilakuin Milea di novel. Ya sekedar ikut nongkrong dan ngobrol-ngobrol disana atau cuma mau nunggu dia atau juga cuma mau cari-cari dia hehe.
Tapi disana memang betul bisa ketemu orang dengan berbagai macam sifat dan karakternya masing-masing yang unik-unik, Kebanyakan sangat loyal, easy going, tidak gampang sakit hati dan punya cara bercanda dan mencari senang yang berbeda. Memang seru!
Dan benar apa yang diceritakan dan dirasakan Dilan di bukunya yang ketiga, kalau anak-anak yang dianggap nakal ini padahal anak-anak yang sangat loyal dan menjunjung tinggi pertemanan hehe, yaa kalaupun tidak, setidaknya itu yang aku rasakan dan aku lihat hehe.
Apalagi yaa? Seperti berantem dengan temannya karena sedang ngobrol dengan aku, juga pernah dia lakukan hehe.
Banyak juga mungkin kemiripan yang lainnya. Tapi mungkin itu yang lebih banyak mengingatkan aku ke dia.
Balik lagi ke kata Dilan "dan kemudian tetap saja semuanya adalah sejarah" dan kita harus menghargai sejarah, tanpa ada sejarah tidak ada kita di masa dan keadaan yang sekarang ini.
Dan sekarang, masih sama dengan Milea, aku juga sudah menemuka seseorang yang baik, yang menenangkan, yang menyenangkan, yang mengayomi dan yang pasti kusayang! hehe. Mungkin ada bedanya dengan cerita Milea, kalau dia masih ada rindu untuk Dilan, kalau aku tidak. Aku sudah berdamai dengan perasaanku sendiri, perasaan yang dulu mungkin pernah ada buatnya. Aku sudah merelakannya.
Mungkin ucapan terimakasih untuknya, karena sudah memberikan masa-masa bahagia menurutku di waktu itu dan sudah mau memberikan waktu juga tenaganya saat itu. Maaf juga kalau aku sudah pernah merepotkan. Terimakasih sudah mau direpotkan, cil!
xoxo,
your worst nightmare